Seringkali kebudayaan dan adat istiadat yang berlaku pada suatu kaum lebih dijunjung tinggi daripada aturan-aturan dalam islam. Padahal seharusnya, kebudayaan dan adat istiadat terbentuk berdasarkan aturan islam untuk mewujudkan kehidupan yang berkah dan penuh rahmat. Dewasa ini banyak dijumpai hal-hal dalam kehidupan kita sehari-hari yang jika kita mau kaji dan pikirkan secara lebih mendalam akan kita pahami bahwa hal tersebut secara logika sudah jelas salah, namun logika kita seakan diplesetkan untuk membenarkan hal-hal tersebut. Tentunya diplesetkan setan, dengan kedok “perkembangan jaman”.
Berikut ini ada beberapa hal yang menurut logika sudah jelas salah namun kita sering terlena dan menganggapnya benar dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa dari hal ini didapat dari sumber buku dan beberapa diantaranya adalah dari pemikiran saya pribadi. Jadi harap maklum bila ada yang tidak berkenan. Setuju dan tidak setuju itu bukan masalah kok. Sharing aja, semoga ada manfaatnya.
A. LOGIKA PORNOGRAFI
Secara logika kita semua sudah pasti tahu dan hafal, bahwa melihat sesuatu yang berbau porno pasti haram hukumnya. Namun kerap beberapa kali ditemui berbagai hal yang mengaburkan keharaman dari pornografi ini. Setan telah sukses besar membungkus keharaman pornografi ini dengan kedok “seni”.
Kita tahu ada berbagai macam lukisan, patung, maupun karya seni lainnya yang memamerkan aurat dan lekuk tubuh wanita dengan hanya alasan seni. Orang yang tidak menikmati dan melarang justru dianggap tidak mempunyai jiwa seni dan dikucilkan sebagai kaum minoritas. Untungnya..hal tersebut masih ditemui di negara-negara barat yang non muslim. Untuk negara kita yang mayoritas penduduknya adalah kaum muslim ini masih memberikan batasan-batasan budaya islam atas sebuah karya seni. Semoga budaya kita tidak terkontaminasi oleh ketidaksenonohan budaya barat yang telah banyak disimpangkan logikanya oleh setan.
B. LOGIKA IBADAH SUNNAH DAN WAJIB
Jika ada dua pilihan antara ibadah sunnah dan wajib tentu logika kita mengatakan untuk mendahulukan yang wajib. Karena yang wajib itu lebih fardlu daripada yang sunnah. Setelah ibadah wajib kita telah baik dan benar terlaksana, barulah kita dapat menambah poin amalan kita melalui ibadah sunnah.
Namun kadang kita sering tertarik dengan ibadah sunnah yang bernama sholat malam Tahajud. Dalam sebuah hadits sahih disebutkan bahwa sholat sunnah yang paling dianjurkan ialah sholat Tahajud. Apalagi dilakukan ketika sepertiga malam terakhir, dimana Allah SWT akan turun ke bumi ketika itu dan Dia akan mengabulkan hajad dari hamba-Nya yang memohon pada waktu itu. Begitu istimewanya sholat Tahajud ternyata berhasil digunakan sebagai media setan untuk mengaburkan logika manusia tentang ibadah sunnah dan wajib.
Alkisah ada seorang pemuda yang amat salih dan tekun dalam beribadah. Hal itu membuat setan kualahan dalam menggoda pemuda tersebut untuk lalai dalam beribadah. Namun bukan setan namanya jika pantang menyerah, ternyata setan berhasil memanfaatkan kesalihan dan ketekunan pemuda tersebut untuk melalaikan dia dalam beribadah. Caranya ialah dengan membisikan pemikiran-pemikiran yang mengaburkan logika manusianya. Setan telah menyarankan kepada pemuda tersebut untuk beribadah sholat Tahajud dengan jumlah puluhan rakaat agar tidak kalah dengan para Nabi dan Rasul, serta diampuni dosa-dosanya.
Akhirnya hal tersebut benar dilaksanakan oleh pemuda itu. Setelah selesai sholat Tahajud dengan puluhan rakaat, berdzikir dan berdoa dengan sangat panjang dan bercucuran air mata sampai menjelang subuh, pemuda itu merasa bahwa dosa-dosanya telah diampuni oleh Allah SWT. Kini dia merasa sangat lelah dan pemuda itu pun tertidur pulas. Ketika dia bangun, rupanya matahari sudah terbit sangat terik. Alhasil pemuda tadi tidak bisa menjalankan sholat Subuh. Tentu saja hal ini dihitung sebagai penambah akun dosa pemuda tadi. Padahal sebenarnya pemuda tadi tidak perlu memaksakan untuk sholat Tahajud dengan jumlah rakaat berlebihan agar tidak kelelahan dan tertinggal dalam melaksanakan sholat Subuh.
Sholat subuh yang notabene adalah ibadah wajib, telah disimpangkan oleh setan, yang membuat kesan bahwa sholat Tahajud yang merupakan ibadah sunnah lebih istimewa daripada yang wajib. Semoga kita dapat mengambil pelajaran dari hal ini. Aamiin.
C. LOGIKA ACARA MAKANAN
Entah kesambet apa, akhir-akhir ini banyak sekali acara TV show yang berkaitan dengan unjuk kebolehan masak memasak. Padahal sebelum ini, acara TV yang berhubungan dengan makanan hanya sebatas acara memasak individu oleh seorang chef yang tidak dilombakan, dan acara wisata makanan nusantara sejenis wisata kuliner.
Bukan apa-apa atau melarang sebuah kompetensi memasak, namun yang tidak sepatutnya dilakukan ialah sesi mengolok-ngolok makanannya oleh juri. Secara logika, kita semua sebenarnya tahu persis bahwa Rasulullah sangat melarang umat menjelek-jelekan makanan. Jika memang makanan itu tidak enak rasanya maka lebih baik diam atau cari makanan yang lain saja. Sebab menjelek-jelekan makanan selain menyinggung orang yang menyajikan makanan itu (berarti memberi nikmat kepada kita) juga berarti tidak mensyukuri nikmat Allah SWT. Namun kali ini setan membungkus kebenaran logika itu dengan rapi berbalutkan program TV memasak yang banyak diminati oleh masyarakat.
Kita lihat sendiri para chef sebagai juri acara tersebut dengan bangganya mengolok-ngolok rasa dan penyajian makanan yang dibuat oleh para peserta. Bahkan pernah sekali waktu ada seorang chef yang mengatakan bahwa masakan yang dibuat peserta itu seperti sampah. Padahal peserta itu telah berupaya sesempurna mungkin untuk menghidangkan makanan tadi, namun ternyata hanya dianggap sebagai sampah. Kalau kita lihat di luar sana, banyak fakir miskin yang kesulitan mencari makan 3 kali sehari, bahkan sesekali mereka benar-benar memakan “sampah”, sisa-sisa makanan. Sungguh tidak sepantasnya makanan dikatakan sampah mengingat banyak saudara kita yang kelaparan mencari makanan.
Saya pribadi sangat tidak setuju dengan acara semacam itu. Mungkin di mata manusia, para juri yang terkesan galak dalam menilai makanan akan tampak lebih disegani. Namun mungkin di mata Allah SWT sungguh mereka itu tak ada wibawa sama sekali.
D. LOGIKA HAJI
Haji merupakan salah satu ibadah rukun Islam yang dianjurkan bagi orang-orang yang memang telah mampu untuk melaksanakannya. Sebab faktor biaya menyebabkan ibadah tersebut terkesan eksklusif hanya bagi orang-orang tertentu saja. Hal itu lah yang menjadi peluang setan dalam memplesetkan logika manusia, untuk membangga-banggakan title haji yang melekat pada namanya.
Selain ibadah haji, masih ada banyak ibadah lain yang termasuk dalam lingkup rukun Islam, misalnya syahadat, sholat, puasa, zakat. Di antara rukun Islam yang satu dengan yang lain sama penting kedudukannya di dalam mengokohkan kualitas keislaman seseorang. Namun entah kenapa hanya rukun Islam “Haji” saja yang langsung diembel-embelnya di nama depan seseorang yang sudah menjalankannya. Padahal, logikanya jika kelima rukum Islam tersebut sama haqiqinya, harusnya orang yang sudah bersyahadat harus mendapat title syahadat. Yang sudah sholat harus mendapat title sholat. Yang habis puasa dan zakat pun harus mendapat title puasa zakat, menjadi Bapak Sh.Zk.Dinar Rafikhalif, alias Bapak Sholat Zakat Dinar Rafikhalif.
Jika ingin membanggakan hajinya dengan embel-embel haji, mungkin orang yang paling banyak melakukan haji di dunia ini ialah Nabi Muhammad SAW. Tapi kita lihat sendiri tidak ada embel-embel haji pada nama depan beliau. Title haji inilah yang terkadang membuat manusia terlena dengan esensi ibadah haji. Mereka jadi memberatkan gelar ke-haji-an yang akan melekat pada namanya ketimbang pelaksanaan haji itu sendiri. Semoga kita tidak termasuk golongan yang demikian seandainya suatu saat nanti kita diberi rezeki untuk berangkat ke tanah suci. Aamiin.
E. LOGIKA IKHLAS
Jika Anda mengatakan ilmu Matematika, Akuntansi, atau Kalkulus adalah ilmu yang paling sulit, maka ternyata ilmu yang paling sulit di dunia ini ialah ilmu Ikhlas. Betapa tidak, jaminan orang yang ikhlas sudah pasti surga. Ada banyak pengertian yang mendefinisikan ikhlas, diantaranya yang paling mendalam dari pengertian Ikhlas ialah tidak bertambahnya semangat ketika mendapat pujian, dan tidak berkurangnya semangat ketika mendapat hinaan. Sehingga apa saja yang dilakukan ialah murni dilakukan untuk Allah SWT, baik itu melakukan segala sesuatu maupun menerima segala sesuatu karena Allah SWT. Melakukan segala sesuatu misalnya memberi sedekah, pergi ke masjid, menuntut ilmu, dll karena Allah SWT. Menerima sesuatu misalnya menerima ujian ketika sakit, menerima hinaan, menerima hadiah uang, menerima takdir dengan lapang dada karena Allah SWT.
Lebih susah mana ikhlas memberi atau menerima? Keduanya sama-sama repotnya dan tidak mudah. Misalnya kita telah terbiasa melakukan sholat berjamaah di masjid. Suatu ketika di depan rumah kita sedang berkumpul para tetangga yang asik-asiknya ngobrol. Ketika adzan berkumandang, ada dua hal kemungkinan yang terjadi : kemungkinan pertama kita jadi tambah semangat bergegas ke masjid karena dilihat tetangga. Sudah pasti ini bukan ikhlas namanya tetapi riya. Sedangkan kemungkinan kedua kita jadi sungkan bergegas ke masjid karena takut dikira sok alim oleh tetangga. Nah, ini pun juga merupakan bentuk dari riya dan tidak ikhlas, sebab ikhlas berarti tidak berkurangnya semangat ketika mendapat hinaan.
Bahkan, dalam aturan main ilmu Ikhlas, dikatakan bahwa orang yang semakin “merasa” berarti justru semakin “belum”. Misalnya orang yang sudah semakin merasa saleh, berarti justru dia semakin belum sungguh-sungguh saleh karena Allah SWT. Orang yang sudah semakin merasa pintar, berarti justru dia semakin belum sungguh-sungguh pintar karena Allah SWT. Termasuk juga orang yang sudah semakin merasa ikhlas, justru berarti dia semakin belum ikhlas. Hati-hati dalam mengucapkan “Aku sudah ikhlas kok” kepada orang lain, karena itu justru salah satu tanda sebenarnya Anda belum ikhlas.
Jadi ikhlas itu seperti apa????? Dengan sangat sederhana sekali, ikhlas dapat didefinisikan hubungan dengan Allah SWT semata. Lewat hati, bukan lewat bibir atau anggota tubuh lainnya yang ingin menunjukkan keikhlasan tersebut. Orang lain tidak perlu tahu kita itu sudah merasa seperti apa dan gimana, biarkan hanya Allah SWT yang tahu dan kepada Allah SWT saja. Susah sekali menjelaskannya, hehe..
Nah, berhubung ilmu ikhlas adalah ilmu yang paling tinggi tingkatannya di dunia, maka setan memanfaatkan hal ini untuk mencemarkan logika manusia dengan dalih kata “ikhlas”. Secara logika, kita semestinya tahu, bahwa datang kuliah terlambat, itu lebih baik daripada membolos sama sekali. Sebab yang terlambat mungkin masih bisa memperoleh ilmu walaupun sedikit daripada yang tidak datang. Begitu pula dengan ibadah, banyak alasan yang mengatakan bahwa daripada tidak ikhlas mendingan tidak usah dilakukan sekalian. Pernah dengar??
Ibadah sholat Tahajud, malam-malam pas lagi ngantuk-ngantuknya kok bangun mengambil air wudhu yang begitu dingin rasanya di kulit. Daripada sholat Tahajudnya sambil ngomel dalam hati alias tidak ikhlas mendingan tidak usah sekalian. Toh percuma pahalanya gak dapet kalau tidak ikhlas. Begitu pula dengan ibadah-ibadah lainnya: sedekah, pergi ke masjid, daripada tidak ikhlas dan percuma ibadahnya tidak diterima lebih baik tidak usah dilakukan.
Memang, ibadah yang dilakukan dengan tidak ikhlas sangat tidak dianjurkan...bila...bandingannya adalah ibadah yang dilakukan dengan ikhlas. Nah, kalau bandingannya adalah tidak mau menjalankan ibadah, tentunya lebih direkomendasikan yang tetap melakukan ibadah walaupun BELUM ikhlas. Pahala orang yang beribadah tapi belum ikhlas tentu lebih besar daripada yang tidak melakukan ibadah sama sekali. Logikanya seharusnya begitu kan, setuju??
Kabar baiknya adalah, sebenarnya segala sesuatu yang sekarang bisa kita lakukan dengan ikhlas dulunya tidak kita lakukan dengan ikhlas. Contohnya misalnya sholat. Jujur saja, ketika kita masih SD disuruh sholat subuh pagi-pagi mesti rasanya ndongkol minta ampun. Atau belajar ngaji di TPA, kalau tidak dipaksa orang tua mesti malesnya minta ampun kan. Namun berangsur-angsur rasa tidak ikhlas itu berubah menjadi ikhlas dengan sendirinya. Jadi, lakukan saja! Tidak ada alasan untuk tidak beribadah karena tidak ikhlas, sebab ikhlas akan datang dengan sendirinya ketika kita telah terbiasa melakukannya.
F. LOGIKA PERINTAH ALLAH ATAU PERINTAH BOSS
Ini merupakan logika yang paling penting untuk dipahami sekaligus paling sukses diplesetkan setan.
Dalam sebuah lapangan kerja, ada yang namanya atasan atau boss dan ada juga bawahan alias karyawannya. Hal-hal yang berkaitan dengan karyawan di dalam lapangan kerja itu merupakan tanggung jawab sepenuhnya oleh boss tersebut, termasuk diantaranya misal gaji karyawan, tugas-tugas yang dibebankan kepada karyawan itu, dan keselamatan kesehatan kerja karyawan tersebut.
Ketika seorang karyawan tengah melakukan pekerjaan rutinitasnya sehari-hari, terkadang mungkin boss menyuruh karyawan itu untuk meninggalkan pekerjaan rutin tadi untuk mengerjakan hal-hal lain yang dianggapnya lebih penting pada saat itu juga. Meninggalkan pekerjaan rutinnya sehari-hari untuk mengerjakan hal lain, tentunya boss tadi sudah menjamin bahwa pekerjaan rutin yang dikerjakan karyawan tadi tidak akan terbengkalai manakala si karyawan disuruh mengerjakan hal lain. Sebab, hal lain tadi telah diperhitungkan oleh si boss lebih penting untuk didahulukan.
Sang karyawan jelas tak perlu untuk khawatir kalau pekerjaan rutinnya terbengkalai dan dimarahi atasan karena keterlambatan waktu, dia pun tak usah khawatir akan keselamatan kerjanya, semua itu sudah dijamin oleh atasannya, si boss nya.
Begitu pula manusia dalam menjalankan perintah Allah SWT. Manusia sebagai karyawan di dunia ini, sedangkan Allah sebagai boss atas manusia, seharusnya manusia tidak perlu khawatir ketika Allah SWT meminta manusia untuk beribadah entah saat dalam kondisi bagaimana pun juga. Sebab Allah SWT tentu sudah menjamin dan bertanggung jawab atas manusia tersebut.
Entah ketika manusia itu sedang sibuk-sibuknya mengurus duniawi, berdagang, mengetik laporan, dll kemudian Allah SWT meminta manusia untuk sholat yang ditandai dengan dikumandangkannya adzan, maka harusnya manusia tidak perlu khawatir dagangan tidak laku karena pembeli yang terlewatkan, tidak perlu khawatir laporan tidak terselesaikan, sebab semua itu sudah dijamin oleh Allah SWT.
Allah SWT meminta manusia untuk bersedekah. Tidak perlu manusia khawatir hartanya akan habis. Buktinya justru harta yang disedekahkan akan bertambah banyak. Itu merupakan bukti jaminan Allah SWT atas perintah-perintah-Nya.
Allah SWT memberikan perintah sunnah untuk melaksanakan sholat Dhuha di pagi hari ketika manusia sedang terburu-buru berangkat kantor, tentunya Allah pun menjamin tercukupnya waktu bagi orang tersebut. Allah menyarankan mendirikan sholat sunnah Tahajud di tengah malam ketika ngantuk-ngantuknya dan mengurangi waktu tidur, Allah tentu menjamin orang itu di siang harinya tetap bisa beraktivias.
Allah memerintahkan kepada anak yang akan menempuh ujian untuk tetap membantu kedua orang tuanya, sehingga jam belajarnya berkurang, namun Allah pun menjamin kepada anak itu untuk lulus di dalam ujiannya.
Allah memerintahkan umat muslim untuk berpuasa satu bulan penuh ketika Ramadhan. Allah pun menjamin kepada umat muslim bahwa mereka tetap akan diberi kekuatan untuk beraktivitas seperti biasa meskipun tidak makan dan minum. Right?
Untuk itulah, saya menganggap ini logika yang sangat penting, sebab banyak sekali alasan yang secara spontan keluar saat kita diminta melakukan ibadah tertentu. Diminta sholat Tahajud gak mau ah, ntar siangnya jadi lemes dan ngantuk. Diminta sedekah gak mau, ntar gak bisa beli sepatu. Diminta bantuin ibu entar ah, lagi belajar buat SNMPTN. Diminta puasa pikir-pikir dulu deh, ntar seharian jadi loyo terus. Logika-logika semacam itu adalah logika setan yang harus diubah ya. Sebab logika yang sebenarnya adalah bahwa Allah SWT merupakan boss manusia di dunia. Beliau pasti akan menjamin dan bertanggung jawab atas perintah-perintah-Nya terhadap manusia di dunia. Justru biasanya malah kalau perintah-perintah itu tidak segera dilaksanakan akan membuat pekerjaan manusia itu menjadi sulit, dan jika dilaksanakan akan mempermudah pekerjaan-pekerjaan manusia tersebut. Jadi mendingan kalau ingin urusan di dunia ini dimudahkan maka perbanyak saja dalam menjalankan perintah-perintah Allah SWT.
Selama ini kita terus menjalankan ibadah puasa setiap Ramadhan, tapi pernah tidak kita jadi sekarat karena puasa?? Yang ada justru badan bertambah sehat, bahkan terkadang beberapa orang berat badannya justru jadi bertambah padahal sedang puasa, orang yang sakit atau sedang menjalankan terapi penyembuhan kadang disarankan dokter untuk puasa. Berarti puasa justru membuat jadi tambah makmur.
G. LOGIKA SENSOR FILM
Pernah dengar bahwa film-film bioskop maupun di TV yang berbau adegan-adegan mesum biasanya ditempeli label “18+” di bagian pojok layar. Pertanyaannya adalah, emangnya orang yang umurnya sudah 18 plus itu menjadi tidak berdosa kalau melihat aurat yang bukan muhrimnya?? Harusnya tulisan yang ada di pojokan layar itu “untuk ahli neraka”. Sedikit ekstrim sih, tapi memang kita harus mulai tegas dalam menegakkan kembali agama kita yang kini mulai digerogoti kemurniannya oleh kontaminasi budaya-budaya barat.
Sekian sharing dari saya, semoga dapat diambil hikmahnya dan bermanfaat. Bila ada kesalahan logika tersebut itu semata-mata dari saya, namun bila ada kebenarannya itu semata-mata adalah karunia dari Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar