Setiap manusia terlahir di dunia ini dengan fitrah sebagai seseorang yang sukses. Tugas yang diamanahkan Allah kepada manusia, sebelum manusia diciptakan, yakni menjadi khalifah di bumi, menuntut setiap manusia untuk menjadi seorang yang sukses sehingga berguna bagi kehidupan di dunia. Sebenarnya bukan “menuntut” ding, tapi lebih tepatnya secara “default” manusia sudah disetting untuk sukses. Soalnya Allah sudah yakin dengan diciptakannya manusia sebagai khalifah, kelak manusia akan menjadi makhluk-makhluk sukses yang memberi banyak perubahan positif. Tidak mungkinlah Allah SWT memberi amanah sebesar “khalifah” kepada makhluk yang tidak berpotensi sukses.
Seiring berjalannya waktu, kesuksesan antara manusia satu dengan lain mengalami kesenjangan cukup serius. Bahkan ada manusia yang mungkin bisa dibilang hidupnya kurang sukses. Nah bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Rupa-rupanya, ada dalang di balik itu semua, yakni para setan yang selalu membisik-bisiki manusia dengan statement pengacau pikiran yang menyebabkan kesuksesan manusia itu sulit dicapai. Kita semua tahu lah, bagaimana gigihnya setan dalam menggoda manusia lewat bisikannya. Bahkan, manusia berkelas nabi seperti Nabi Adam pun berhasil diperdaya setan. Padahal, nabi Adam telah memperoleh kenikmatan apa saja di surga. Apa saja yang diinginkan telah disediakan. Hanya satu larangan saja untuk tidak memakan buah pohon Quldi. Namun itu pun gagal dipatuhi karena bisikan setan.
Walaupun ada pula nabi rupawan yang tak kalah gigihnya dalam membentengi iman dari bisikan-bisikan setan, padahal beliau sedang digoda oleh seorang wanita bangsawan yang cantik untuk berzina, dengan ancaman akan dipenjarakan bila tidak mau melakukan, namun beliau berkata “aku takut kepada Allah”. Beliau adalah Nabi Yusuf. Bahkan di dalam penjara pun Nabi Yusuf berkata, “ya Allah, jika memang kehidupan penjara lebih berarti bagiku, maka aku lebih memilih hidup di penjara tapi dekat dengan-Mu, daripada aku harus hidup bersama manusia-manusia pendusta.” Subhanallah..
Banyak sekali cerita sepak terjang setan dalam menggoda manusia lewat bisikan-bisikannya. Kita semua hanya manusia biasa yang tidak bisa melihat setan, serta tidak bisa mendengar suaranya. Yang bisa kita rasakan adalah bisikan-bisikannya.
Yang sering membuat kita rancu adalah, sebagai manusia kita pun memiliki sebuah tools yang dapat menjadi navigator kehidupan kita. Ketika kita melakukan suatu perbuatan, ketika ingin berbuat sesuatu, tools tersebut dapat berbicara dan mengatakan kepada kita apakah kita sebaiknya melakukan atau tidak melakukan hal tersebut. Tools itu bernama hati nurani, artinya sebuah hati yang senantiasa dinaungi oleh cahaya Illahi, sehingga apa yang dikatakan oleh hati nurani niscaya selalu tepat. Antara hati nurani maupun bisikan setan, keduanya sama-sama merupakan hal yang gaib dan abstrak. Manusia tidak bisa melihatnya. Sehingga mungkin di antara kita pernah mengalami sebuah keadaan membingungkan dimana kita tidak bisa mengidentifikasi apakah suara yang membisiki kita adalah bisikan dari setan atau bisikan hati nurani. Hal inilah yang kali ini ingin kita kaji bersama. Kita tidak sedang belajar untuk meramal, tetapi kita belajar untuk berpikir. Sebab manusia dikaruniai sebuah akal pikiran. Insya Allah kita bisa gunakan akal kita untuk me-logis-kan hal-hal yang abstrak tersebut sehingga menjadi lebih konkret dan mudah diaplikasikan. Caranya dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
Identifikasi dulu niatnya. Apa saja yang akan kita perbuat di dunia ini pasti dilandasi dengan niat, meskipun kita sendiri terkadang tidak menyadari bahwa diri kita sedang berniat. Misalnya, setelah kita lama berjalan kesana kemari akhirnya kita duduk. Kita melakukan duduk itu dengan spontan pastinya. Padahal, duduk tersebut sebenarnya mempunyai niat tujuan, yaitu supaya kita tidak lelah setelah berjalan kesana kemari, namun kita biasanya tidak sampai lah sebelum duduk kok bilang dulu ‘aku niat duduk supaya tidak capek karena Allah’. Intinya, segala sesuatu pasti ada niatnya.
Niat itu ada dua : niat positif dan negatif , sudah tau lah pasti. Menilai positif dan negatif itu sifatnya general / umum. Kita tidak bisa menilai niat plus atau minus dengan kacamata kita secara personal, tetapi harus melihat dari sudut pandang yang luas. Misalnya, dalam sebuah keluarga yang ekonominya memprihatinkan, seorang ayah kebingungan memberi nafkah keluarganya. Untuk itu, dia berniat menodong seorang pengendara motor di tengah malam dan menyita motornya untuk dijual kemudian uangnya untuk memberi nafkah. Secara personal, si ayah tadi mungkin mengatakan bahwa niatnya baik, dia ingin memberi nafkah keluarga sebagaimana diamanahkan dalam agama. Tapi secara general, menodong adalah sebuah perbuatan negatif. Sehingga tindakan yang dilakukan si ayah tadi adalah hal yang tercela, sebab niatnya (yang diukur secara general) merupakan niat negatif.
Setelah kita benar-benar bisa mengerti apakah niat kita positif atau negatif, kita bisa terapkan rumus berikut :
1.
1. Jika bisikan itu membuat kita mundur untuk melakukan niat positif, itu bisikan setan.
2. 2. Jika bisikan itu membuat kita maju untuk melakukan niat positif, itu bisikan hati nurani.
3 3. Jika bisikan itu membuat kita mundur untuk melakukan niat negatif, itu bisikan hati nurani.
4. 4. Jika bisikan itu membuat kita maju untuk melakukan niat negatif, itu bisikan setan.
Ketika kita ingin mengambil air wudhu untuk sholat, namun ada bisikan untuk menunda, apapun itu alasannya itu adalah bisikan setan. Sebab sholat, secara general, adalah hal positif. Mundur atau menunda untuk melakukan hal positif berarti bisikan setan.
Ketika sedang tidur, mendadak ada bisikan yang membuat kita ingat belum mengerjakan tugas untuk besok sehingga kita segera mengerjakan tugas tersebut. Bagaimanapun bisikan itu ialah bisikan hati nurani, sebab membuat kita maju untuk mengerjakan hal yang positif.
Ketika sedang mengerjakan tugas itu, kok rasanya agak males soalnya masih banyak pikiran lain. Ada bisikan untuk tidur dulu deh, tapi ada bisikan untuk tetap ngerjain tugas dulu baru tidur. Maka bisikan yang pertama tadi adalah bisikan setan, sebab membuat kita maju untuk tidur bermalas-malasan (hal negatif). Sedangkan bisikan yang kedua ialah bisikan hati nurani sebab membuat kita mundur untuk melakukan malas-malasan (hal negatif).
Jika kita dapat benar-benar mematuhi bisikan hati nurani atau bisikan malaikat atau apapun itu namanya, dan kita pun selalu acuh terhadap bisikan-bisikan setan, insya Allah kita akan menjadi manusia-manusia yang sukses. Sebab hati nurani kita sudah disetting secara default oleh Allah SWT sebagai navigator kehidupan kita untuk mencapai kesuksesan. Sedangkan setan, selalu tak kalah dalam membisiki manusia supaya gagal. Mereka sangat membenci manusia yang sukses. Ingat janji setan ialah untuk menyesatkan manusia agar terjerumus ke jalan yang nista melalui bisikan-bisikannya.
Semoga yang singkat dan sederhana ini bisa memberi manfaat yang besar. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar