Selasa, 16 Juli 2013

KEBIASAAN SEDERHANA YANG DAPAT MEMBUKAKAN SELURUH PINTU AMALAN IBADAH

Tidak ada komentar:


Assalamu'alaikum, bismillah.

Seandainya berbagai amalan ibadah di dunia ini dibuatkan tempat masing-masing di surga, niscaya akan ada banyak sekali macam pintu surga itu menurut jenis ibadahnya masing-masing. Misalnya orang yang rajin mengerjakan sholat maka dia akan memperoleh pintu surga sholat, orang yang gemar puasa maka dibukakan untuknya pintu surga puasa, orang yang taat bertadaruz akan diperuntukan dia sebuah pintu surga tadaruz, dan berbagai macam lainnya.

Sebagai manusia biasa yang selalu rindu akan rahmat Allah SWT, tentunya kita semua berharap bisa memanen pahala sebesar-besarnya untuk bekal kehidupan di akhirat kelak. Namun demikian, keadaan atau situasi dan kondisi kita terkadang memaksa untuk membatasi kita dalam mengejar seluruh amalan ibadah tersebut. Contoh kecilnya saja, adakah di antara kita yang membaca postingan ini yang menjadi hafidz Al Quran atau bisa menghafal seluruh isi Al Quran? Padahal orang yang menghafal Al Quran akan memperoleh pahala yang luar biasa besarnya dari Allah SWT, mendapat penghargaan khusus dari Rasulullah (bayangkan jika kita dapat penghargaan dari presiden, eh sekarang dapat penghargaan dari manusia terbaik di dunia), serta kedua orang tuanya kelak akan dipakaikan jubah yang bercahaya.

Setiap manusia memiliki amanahnya masing-masing dalam kehidupan ini. Seorang akuntan mengemban amanah menyelenggarakan tata keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk kemaslahatan rakyat, seorang programmer mengemban amanah memberikan ide-ide inovasi untuk membantu masyarakat dalam beraktivitas, seorang merbot diberi amanah mengumandangkan panggilan sholat setiap waktu adzan tiba. Semua itu pun merupakan wujud ibadah jika diniatkan untuk ibadah. Namun kendalanya adalah mungkin akan sangat kecil kemungkinannya seorang auditor bisa menjadi penghafal Al Quran. Boro-boro bisa hafal, libur saja jarang, bahkan libur tahun baru saja masih nglembur di kantor. Lalu bagaimana nasib orang-orang tersebut jika mereka pun ingin mengejar berbagai jenis pintu pahala akhirat?

Bersyukur bahwa Allah SWT memberikan banyak sekali kemurahan dan kemudahan cara untuk menuai pahala sebesar-besarnya di dunia. Salah satu cara yang paling mudah namun dampaknya sangat luar biasa adalah sedekah.

Secara harfiah sedekah adalah memberikan sesuatu kepada orang lain secara cuma-cuma tergantung kebutuhan dari orang yang membutuhkan sedekah tersebut. Orang yang sudah 3 hari tidak makan tentu sangat membutuhkan sedekah makanan. Seorang anak kecil yang berusaha melanjutkan pendidikan di tengah keluarganya yang miskin mungkin lebih pas kalau diberi seperangkat alat sekolah. Berbagai kebutuhan yang diperlukan tersebut dapat digeneralisasikan dalam bentuk uang. Uang dapat digunakan untuk membeli makanan, alat sekolah, dan lain-lain sesuai kebutuhan mereka. Sehingga sedekah pun yang paling mudah dan insya Allah selalu bermanfaat adalah uang.

Uang yang telah kita sedekahkan kepada orang lain baik melalui lembaga atau langsung ke orangnya akan melalui berbagai proses perubahan hingga dapat dimanfaatkan oleh orang banyak. Bahkan kita sendiri tidak tau sebenarnya uang yang kita sedekahkan sudah digunakan untuk apa dan oleh siapa. Memang kita dituntut untuk tidak perlu tau, karena kita dituntut untuk ikhlas melepaskan uang yang telah disedekahkan. Tapi yang ajaibnya dibalik sedekah uang itu adalah kita tidak tau kalau secara diam-diam ada banyak sekali pintu pahala yang dibukakan untuk kita kelak yang sekarang ini kita masih tidak tau.

Misalkan ada orang yang bersedekah uang Rp 100.000 ke sebuah masjid. Uang tersebut telah digabungkan dengan uang sedekah dari orang lainnya yang kemudian oleh takmir masjid dianggarkan untuk hal-hal sebagai berikut (misalnya):
30% untuk dana pembangunan masjid; 20% untuk dana perlengkapan masjid seperti pembelian speaker untuk adzan, pembelian Al Quran dan lain-lain; 10% untuk dana acara keagamaan misalnya acara buka bersama setiap hari di bulan puasa; dan 40% disalurkan kepada masyarakat seperti sumbangan ke panti asuhan.

Dari dana pembangunan masjid, orang yang bersedekah tadi telah mendapatkan salah satu pintu ibadah amal jariyah pembangunan masjid. Setiap ada orang yang sholat di masjid tersebut, orang tadi dibukakan untuknya pintu ibadah sholat, baik itu sholat wajib maupun sunnah. Untuk dana perlengkapannya, pintu ibadah seruan adzan akan dibukakan kepada orang tersebut setiap kali muadzin mengumandangkan adzan seolah orang tersebut pun mengumandangkan adzan. Belum lagi dana untuk membeli Al Quran, insya Allah pintu ibadah tilawah turut dibukakan setiap ada jamaah yang bertadaruz dengan Al Quran tesebut, pun lebih-lebih bila ada acara khataman atau ada jamaah yang berhasil hafal Al Quran dengan Al Quran tadi maka orang yang bersedekah tersebut insya Allah akan dibukakan pintu ibadah untuknya seperti dia ikut menghafal Al Quran.

Setiap acara berbuka puasa dilakukan di masjid tersebut, pintu ibadah orang puasa akan selalu terbuka lebar untuknya sebab kita semua tau bahwa memberi sajian kepada orang lain untuk berbuka puasa adalah sama nilainya dengan kita melakukan ibadah puasa walaupun hanya dengan memberi seteguk air putih.

Belum lagi dana yang disalurkan kepada fakir miskin. Siapa yang tau bahwa mungkin saja seorang yang kita beri bantuan dana tersebut adalah orang yang sangat berpotensi untuk belajar. Dia selalu giat belajar dan prestasinya sangat membanggakan hingga suatu saat dia menjadi ilmuan jenius yang menemukan suatu hal yang sangat bermanfaat bagi khalayak umat. Insya Allah pintu ibadah berupa ilmu pengetahuan itu pun terbuka lebar untuk orang yang bersedekah tadi.

Beberapa contoh tadi hanya pemikiran-pemikiran jangka pendek semata, sebab pahala jariyah itu akan sangat panjang sekali dan tidak bisa diurut dengan akal manusia. Hal itu menjadi bukti kemurahan Allah SWT kepada manusia. Berawal dari uang Rp 100.000 yang hanya berupa uang semata jika disedekahkan akan berubah bentuk dan makna menjadi banyak hal yang kita tidak tau.

Walaupun belakangan ini banyak sekali unsur penipuan yang memanfaatkan modus sedekah, namun sebenarnya itu tidak mengurangi esensi pahala sedekah dari orang yang bersedekah itu sendiri. Contohnya ada orang yang mengaku kehilangan uang di jalan, kemudian kita sedekahi dia dengan uang Rp 20.000. Ternyata orang tersebut bohong. Tapi apakah berarti sedekah kita sia-sia? Tentu saja tidak. Kita tetap memperoleh pahala dari sedekah tesebut, dan orang yang menipu itulah yang akan menanggung dosa dari penipuannya itu sendiri. Amal jariyahnya berarti tidak sebesar kalau dimanfaatkan dong?? Insya Allah pasti pahalanya tetep ngalir walaupun dalam bentuk yang lain. Misalnya doa kita jadi sering tokcer, sebab doa orang-orang yang terdzalimi (terkena tipu misalnya) mudah dikabulkan. Allah itu maha adil kok, ga perlu kuatir-kuatir banget..

Nah kalau kita ingin lebih pasti dalam memilih pintu ibadah mana yang ingin dibukakan untuk kita, kita bisa bersedekah langsung kepada orangnya yang bersangkutan, tidak perlu memakai perantara badan atau masjid insya Allah boleh-boleh saja. Misalnya kita ingin merasakan pahala orang-orang penghafal Al Quran maka kita bisa bersedekah langsung kepada rumah hafidzh. Atau jika kita ingin merasakan pahala ibadah haji atau umrah, kita bisa haji atau umrahkan orang yang berkekurangan dana.

Sedekah, secara agama merupakan salah satu bentuk ibadah, namun kalau kita biasakan maka terkadang kita menjadi lupa kalau sebenarnya itu bernilai ibadah. Biasakanlah sedekah, agar sedekah menjadi kebiasaan dan gaya hidup sehingga menjadi ringan, padahal pahalanya sangat berat =)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
back to top