ARIEL PETERPAN, di dalam kotak persegi empat yang membatasi segala angan-angannya, menulis sesuatu yang berhasil diabadikan dalam sebuah foto. Tulisan yang benar-benar menceritakan tentang curahan hatinya selama ini, benar-benar masih seperti Ariel, dengan gaya bahasa yang khasnya dia mengungkapkannya secara tersirat.
Untuk menghindari kurang jelasnya tulisan yang tertera di foto tersebut, saya menuliskan kembali tulisan disini.
JIKA SAYA BERCERITA SEKARANG
MAKA ITU HANYA AKAN MEMBUAT SEBAGIAN ORANG2 MEMAKLUMI SAYA
DAN SEBAGIAN LAGI AKAN TETAP MENYALAHKAN SAYA
TETAPI ITU JUGA AKAN MEMBUAT MEREKA MEMAKLUMI DUNIA
YG SEHARUSNYA TIDAK DIMAKLUMI. DAN TAK ADA YANG DAPAT
MENJAMIN APAKAH, SEMUA DAPAT MEMETIK HAL YANG BAIK DARI
KEMAKLUMAN ITU, ATAU HANYA AKAN MENGIKUTI KEBURUKANNYA.
MAKA SAYA LEBIH BAIK DIAM
JIKA SAYA BERSUARA SEKARANG
MAKA ITU HANYA AKAN MEMBUAT SAYATERLIHAT SEDIKIT LEBIH BAIK
DAN BEBERAPA LAINNYA TERLIHAT SEDIKIT LEBIH BURUK SEBENARNYA
MAKA SAYA LEBIH BAIK DIAM
JIKA SAYA BERKATA SEKARANG
MAKA AKAN HANYA ADA CACI MAKI DARI LIDAH INI
DAN TERIAKAN KASAR TENTANG KEMUNAFIKAN
SERTA CEMOOHAN HINA PADA KEADILAN
MAKA SAYA LEBIH BAIK DIAM
SAYA HANYA AKAN BERCERITA KEPADA TUHAN,
BERSUARA KEPADA YANG BERHAK,
BERKATA KEPADA DIRI SENDIRI,
LALU DIAM KEPADA YANG LAINNYA.
LALU BIARKAN SELEKSI TUHAN BEKERJA PADA HATI SETIAP ORANG.
BARESKRIM, 2010
Sekali lagi bukan masalah kasus video porno yang sedang membelenggu Ariel, namun bagaimana dia mampu mencitrakan perasaannya dalam sebuah syair yang berkarakter khas itulah yang mengukuhkan identitasnya tetap sebagai Ariel musisi handal (yang kini sedang meredup).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar