Assalamu’alaikum wa rahmatullah wa barakatuh
Bismillahirrahmanirrahim
Ada sebuah kisah di zaman Ibrahim as yang saya yakin teman-teman sudah tahu kisah ini. Yakni kisah Siti Hajar dan Bayi Ismail.
Siti Hajar dan Ismail adalah sepasang ibu dan anak yang ber-bapak-kan nabi Ibrahim. Mereka diusir dari negeri Syam karena Siti Sarah, istri pertama Ibrahim, cemburu terhadapnya. Namun karena Allah mengizinkan dan berjanji akan memuliakan Ismail, Ibrahim memenuhi permintaan dari Siti Sarah. Ibrahim mengantarkan Siti Hajar dan Ismail sampai di suatu padang pasir di Mekah, kemudian Ibrahim kembali lagi ke negeri Syam. Tentu saja, dengan berat hati dan penuh harap kepada Allah, Ibrahim meninggalkan istri dan anak yang telah ditunggunya sampai hampir 80tahun itu.
DI tengah panasnya padang pasir, bayi ismail menangis kehausan. Sebagai seorang ibu, Siti Hajar tidak bisa santai melihat keadaan itu. Maka dia berjalan kesana kemari mencari segala hal yang bisa dia berikan kepada anaknya.
Sampai akhirnya Siti Hajar melihat seolah ada mata air di atas sebuah bukit bernama Safa. Tanpa berlama-lama, Siti Hajar naik ke bukit itu. Kemudian dia dapati ternyata hanya fatamorgana. Di atas bukit Safa, Siti Hajar melihat di kejauhan terdapat mata air di atas sebuah bukit bernama Marwa. Lalu dia bergegas turun dari bukit Safa dan naik ke bukit Marwa, dan ternyata itu pun hanya fatamorgana.
Dari atas bukit Marwa kembali Siti Hajar melihat seolah ada mata air di bukit Safa yang baru saja dia datangi. Berhubung saking cintanya seorang Ibu kepada anaknya, Siti Hajar tak lagi mempedulikan logikanya, dia kembali turun dari Marwa dan naik ke Safa. Ternyata ya memang fatamorgana. Dari bukin Safa pun dia kembali melihat seolah ada mata air di bukit Marwa, lalu kembali Siti Hajar kembali menuju Marwa dan dia dapati memang hanya fatamorgana.
Kejadian itu berlangsung hingga 7 kali Siti Hajar berbolak-balik dari Safa-Marwa mengerahkan seluruh daya upayanya mencari rezeki untuk anaknya Ismail yang terus menangis kehausan. Setelah sedemikian gigihnya dia berjuang, ternyata justru tiba-tiba ada mata air yang memancar dari kaki bayi Ismail yang menangis dan menghentak-hentak di tanah.
Mata air itu memancar sangat deras hingga membentuk sebuah telaga. Sampai akhirnya daerah itu menjadi sangat makmur karena air yang berhenti memancar. Ibrahim yang kembali ke tempat dia meninggalkan istri dan anaknya pun terkejut dan bersyukur karena Allah mengabulkan doanya untuk tetap melindungi keselamatan Istri dan anaknya tersebut.
Dari sebuah kisah ini, ada dua pelajaran yang akan kita petik bersama, berkaitan dengan rezeki.
Pelajaran yang pertama adalah ternyata keajaiban biasanya akan muncul setelah kita berusaha berkali-kali sampai minimal tujuh kali mencoba.
Di sebuah kisah lainnya, ada sebuah cerita seorang pengusaha yang akan membuat bisnis minuman ringan. Pada awalnya dia memberi nama minuman itu one up. Ternyata gagal. Namun dia tak menyerah, kemudian dia buat lagi minuman bernama second up. Masih gagal lagi, dia coba lagi membuat minuman bernama third up. Dan masih gagal lagi dan dia pun mencoba lagi sampai kali ke enam, da membuat minuman bernama sixth up. Masih gagal lagi, akhirnya dia menyerah.
Kemudian ada orang lain yang membeli bisnis minuman itu dan dia lanjutkan perjuangannya membuat minuman diberi nama seven up. Ternyata berhasil. Itulah kisah minuman ringan yang sampai sekarang sering kita jumpai, 7-up yang rasanya lemon mirip seperti sprite.
Allah menciptakan langit menjadi tujuh lapisan. Allah menciptakan tanah menjadi tujuh lapisan pula. Pemain sepakbola andalan, David Beckham misalnya, nomor punggungnya tujuh. Keajaiban dunia jumlahnya ada tujuh. Yah memang karena banyak hal yang ajaib tercipta dari angka tujuh.
Saya sendiri nyaris menjadi pengangguran. Setelah lulus SMA, saya mendaftar masuk perguruan tinggi ngga tembus-tembus. Dan kalau dihitung, sudah tujuh kali saya gagal. Mulai dari PMDK, UM UGM, UM UNDIP I, UM UNDIP II, STAN 2008, SNMPTN 2008, SNMPTN 2009 alhamdulillah gagal semua. Sampai akhirnya saya ikut tes lagi yang kali ke-8, akhirnya saya bisa kuliah di Jakarta.
Jadi bukan pas tepat kali ke-7 pasti keajaiban datang, tapi minimal kita berusaha sampai tujuh kali barulah keajaiban dari Allah biasanya muncul, lebih baik lagi kalau lebih. Sebelum tujuh kali mencoba jangan menyerah jika gagal. Thomas Alfa Edison, sebelum menemukan listrik ini dia berusaha malah sampai ribuan kali gagal.
Pelajaran yang kedua adalah ternyata rezeki yang diberikan oleh Allah kepada kita itu tidak selalu diberikan di tempat kita bekerja, melainkan di tempat mana saja.
Jika kita perhatikan dalam kisah tadi, tempat Siti Hajar bekerja itu jalurnya ada di rute perjalanan antara Safa dan Marwa. Dia mondar-mandir di track jalur itu untuk mencarikan rezeki untuk anaknya, namun ternyata justru rezeki berupa air zamzam itu malah muncul di kaki bayi Ismail.
Sama seperti dalam kehidupan kita. Pasti banyak kita temui, atau malah dalam diri kita sendiri, seseorang yang kerjanya apa tapi rezekinya datangnya darimana. Kerjanya tukang bubur, tapi tiba-tiba bisa naik haji. Nha dapet duit darimana tuh? Saya malah ngga nonton filmnya, hehe... Kerjanya jadi karyawan misalnya, tapi rezekinya malah lebih banyak datang dari bisnis counter pulsa misalnya, itu juga banyak ditemui.
Kebetulan saya dinas di Ternate, Maluku Utara. Jika menyebut kata Ternate, biasanya identik dengan namanya Batu Bacan. Nha, pegawai-pegawai di kantor saya, mereka kerja seperti saya di kantor pelayanan, tapi mungkin justru rezeki mereka lebih banyak datangnya dari bisnis batu bacan itu. Kalau saya sih belum merambah ke sektor itu, hehe...
Tapi walaupun rezeki datangnya dari mana saja, tetap saja itu bukan berarti kita lantas menjadi malas.
Dalam Surah Ar Ra’du ayat 11, disebutkan bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum jika kaum itu tidak berusaha mengubahnya sendiri.
Jadi akan tetap selalu ada hubungan antara usaha yang kita lakukan dengan rezeki yang akan Allah berikan kepada kita. Walaupun rezeki itu tidak selalu datang di tempat kita mengupayakan. Seandainya Siti Hajar baru dua kali mondar mandir dari Safa Marwa kemudian menyerah, pasti tidak mungkin Allah memberi keajaiban berupa mata air yang muncul dari kaki bayi Ismail.
Itu sebabnya, sebenarnya karyawan yang bekerja dan, mohon maaf, gajinya tidak sebanding dengan beban kerjanya, tidak usah mengeluh. Kalau beban kerja kecil tapi gajinya besar itu memang tidak sebanding tapi saya yakin jika begini kasusnya tidak mungkin ada yang mengeluh. Seandainya beban kerja besar tapi gaji kecil, ya dijalani saja. Dikerjakan saja tanggung jawabnya dengan optimal. Dengan kesungguhan kerja yang kita berikan, pasti Allah akan memberikan rezeki dari arah yang lain, tidak harus dari tempat kerja itu.
Saya sendiri pernah magang di Jakarta selama hampir 1 tahun. Dan selama satu tahun itu saya cuma dibayar 850ribu rupiah saja. Bayangkan hidup di kota metropolitan yang serba mahal, untuk kos saja sudah habis 400ribu. Belum untuk makan, transport, dll. Tapi alhamdulillah saya bisa bertahan hidup sampai sekarang padahal ketika itu saya tidak meminta uang sedikitpun dari orang tua saya.
Ya memang begitulah, namanya rezeki Allah ada saja datangnya. Mulai dari buka jasa edit pas foto, tiba-tiba saya ditunjuk jadi ketua tim membuat web kantor, tiba-tiba ditawarin ngisi ceramah di daerah salemba, semua itu ada honornya. Logikanya, seharusnya pendapatan saya tidak cukup untuk hidup di Jakarta dan harus minta orang tua, namun pada akhirnya malah justru saya yang memberi orang tua saya.
Saya bercerita seperti ini demi Allah tidak bermaksud untuk membanggakan diri. Saya hanya membagikan pengalaman bahwa ternyata rezeki itu memang ajaib. Saya yakin teman-teman juga punya lebih banyak pengalaman mengenai ini.
Mengenai ajaibnya rezeki, Allah swt berfirman dalam surah At Talaq 2 dan 3 bahwa Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah maka Allah akan memberinya jalan keluar. Berupa rezeki dari arah-arah yang tidak disangka-sangka. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah maka Allah akan cukupkan segala keperluannya.
Ayat itu pun disebut sebagai ayat seribu dinar. Kebetulan namanya seperti nama saya. Mengapa diberi nama ayat seribu dinar? Sebab katanya jika kita rutinkan membaca ayat itu sehabis sholat, kita akan memperoleh rezeki sebesar seribu dinar. Berapa sih nilainya dinar? Satu dinar nilainya sama seperti satu ekor kambing, sekitar 2 jutaan. Jadi saya ini disamakan kayak kambing, hehe... Jadi seribu dinar nilainya 2juta dikali seribu sama dengan 2M.
Mengapa nominalnya seribu dinar, bukan seribu dirham? Ceritanya, ada seorang pedagang yang bermimpi bertemu dengan Nabi Khidir. Nabi menyuruh pedagang itu untuk bersedekah seribu dinar. Awalnya pedagang tadi tidak mau. Kemudian berulang kali dia bermimpi hal yang sama sampai 3 kali, akhirnya dia bersedekah seribu dinar. Kemudian dia bermimpi lagi bertemu Nabi Khidir yang mengajarkannya untuk mengamalkan surah At Talaq ayat 2 dan 3 tadi.
Suatu ketika pedagang tadi berdagang melewati lautan. Ternyata ditengah laut kapalnya pecah ditempa ombak besar. Seluruh pedagang lain di dalam kapal tewas, kecuali pedagang tadi beserta seluruh dagangannya selamat terdampar di suatu pulau. Kemudian dia berdagang di pulau itu dan menjadi kaya raya.
Saya tidak mengajarkan untuk membaca surah ini lho, tetapi saya hanya ingin berbagi pengetahuan saja, jika bermanfaat ya alhamdulillah. Jadi sekarang kalau main ke pasar dan liat ada lukisan kaligrafi ayat seribu dinar, kita sudah tau kisahnya dan keutamaannya, hehe...
Jadi dalam surah tadi yang perlu digaris bawahi adalah kata Taqwa. Selama kita bertaqwa maka rezeki akan Allah berikan. Dan perlu diketahui bahwa rezeki Allah itu luas sekali bentuknya, bisa dalam bentuk kesehatan, rezeki semangat beribadah, rezeki ide dan inspirasi, dan lain-lain.
Terakhir, ada sebuah kisah Muhammad Al Fatih. Ini kisah panglima muslim yang sangat heroik. Dahulu kala, dunia ini dikuasai oleh dua negara besar yaitu Konstantinopel dan Romawi. Di Konstantinopel ada bangunan paling indah, yaitu gereja Ayasofya. Katanya kalau masuk ke bangunan itu orang tidak lagi bisa membedakan apakah sedang di dunia atau di surga, karena saking indahnya bangunan itu. Dan Rasulullah punya bisyarah bahwa nantinya dua negara itu akan ditaklukan oleh panglima muslim terbaik di dunia.
Datanglah nama Muhammad Al Fatih, seorang pemuda luar biasa dimana sejak dia baligh sampai meninggal tidak pernah meninggalkan sholat Tahajud. Namun tentu saja, Konstantinopel adalah negara yang sangat kuat pertahanannya. Serang pasukan Al Fatih berulang kali gagal dan menewaskan banyak pasukan muslim. Namun tentu saja juga, Al Fatih tidak mudah menyerah. Dia selalu memberi semangat kepada pasukannya, jangan berputus asa sebab kita umat muslim yang bertaqwa. Jangan ada satupun di antara kita yang bermaksiat sebab itu dapat menghambat datangnya pertolongan dari Allah.
Akhirnya apa yang terjadi? Al Fatih mendapat sebuah ide untuk membawa kapal perangnya naik ke atas gunung, karena itulah satu-satunya medan konstantinopel yang lemah pertahanannya. Kemudian akhirnya pasukan muslim berhasil meraih kemenangan, gereja ayasofya yang paling indah itu berubah menjadi masjid ayasofya. Subhanallah.
Di sini kita lihat bahwa Allah memberi rezeki berupa ide yang tidak disangka-sangka.
Jadi sebagai umat islam, kita tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah dalam mencari rezeki, karena di dalam islam ini Allah telah banyak berjanji kepada kita untuk mencukupkan rezeki kita asal kita selalu berusaha dan bertaqwa. Jika manusia yang berjanji itu sering bohongnya, tapi kalau Allah yang berjanji tidak mungkin bohong.
Mari kita menjadi umat islam yang sukses dunia akhirat, dan ketika nanti kita ditanya apa rahasia kesuksesan kita? Kita dapat menjawab dengan penuh keyakinan, kita sukses karena kita islam.
Semoga dapat diambil manfaatnya. Jika ada kesalahan itu datangnya dari saya, dan jika ada yang benar itu bukan dari saya melainkan dari Allah.
Sekian, wassalamu’alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.