Jumat, 08 November 2013

Ibadah yang Tidak Boleh Dilakukan

Tidak ada komentar:




Assalamualaikum

Dalam hidup ini segala sesuatu sudah ditetapkan dalam Alquran dan Sunnahnya. Apa saja aspek yang diwajibkan untuk dikerjakan, dimana kita akan menuai banyak pahala nantinya kelak, dan apa saja yang tidak boleh untuk dilakukan, dimana ketika kita nekat melakukannya maka tidak akan bertambah saldo pahala kita, lebih-lebih justru malah terhitung sebagai dosa.

Berbuat maksiat, berjudi, mabuk-mabukan, merampok, mencuri, jelas itu contoh-contoh kegiatan yang dilarang untuk dilakukan. Bagaimana dengan beribadah?kita mengerjakan sholat, membaca Alquran, puasa, sedekah, zakat, apakah itu dapat berpahala. Iya berpahala. Tapi tidak jarang pula, kita tidak dapat apa-apa. Misalnya, puasa tapi ngegosip. Maka yang didapat bukan pahala, tapi hanya lapar dan haus.

Kali ini, kita akan sharing mengenai Ibadah yang Tidak Boleh Dilakukan. Karena jika kita melakukan itu, maka kita tidak akan dapet apa-apa. Atau kayaknya juga sih kalau dilogika malah justru dapetnya dosa. Ibadah apa itu? Ibadah yang tidak boleh dilakukan adalah: “Berdoa kepada Allah, tapi Tidak Yakin”.

Berdoa kepada Allah secara sepintas memang seperti bisa dipikir bahwa kita yang butuh sesuatu kepada Allah. Jadi ya terserah kita mau berdoa atau tidak, kalau pas lagi ga kepingin sesuatu. Tapi, faktanya memang kita ini pasti selalu membutuhkan Allah. Setiap detik. Bahkan setiap nol koma sekian detik, kita pasti butuh Allah. Ngga percaya? Bagaimana kalau Anda bayangkan telinga Anda tidak bisa mendengar apa apa dalam 1 detik aja deh. Pasti Anda bakal bingung dan kaget dan sedih. Naudzubillah ya Allah. Itulah mengapa kita pasti butuh Allah.

Oleh karena itu, berdoa, merupakan bagian dari kewajiban. Orang yang tidak mau berdoa, orang yang ketika selesai sholat langsung lari ke meja kerjanya, orang-orang demikian itu adalah orang yang dianggap sombong di hadapan Allah.

Di dalam berdoa itu sendiri, ada yang namanya bagian doa yang bernama “keyakinan”. Itu pun bagian dari kewajiban atau keharusan. Kita semua tau bahwa Allah itu maha segalanya. Jika Anda belum tau, cari tau di Asmaul Husna. Apa sih yang tidak bisa dilakukan oleh Allah kalau membelah lautan saja bisa dengan mudah untuk dilakukan. Ada beberapa orang yang sudah mengerti bahwa berdoa itu wajib dilakukan. Namun mereka belum memahami ke-Maha Segalanya-an yang dimiliki oleh Allah. Akibatnya, mereka berdoa hanya meminta yang kecil-kecil. Atau ketika meminta sesuatu yang besar pun setelah selesai berdoa mereka malah galau karena berpikir bahwa doanya itu terlalu besar untuk diraih. Padahal, segalanya itu kecil di mata Allah.

Ada pula beberapa tradisi yang dilakukan oleh manusia ketika berdoa. Pernah tidak Anda menjumpai perbedaan pendapat antara dua pihak dimana yang satu mengatakan bahwa membaca Surah Yaasin itu semakin banyak semakin baik sebab kita tidak tau bacaan kita yang ke berapa yang akan dikabulkan oleh Allah, maka mereka bisa saja membaca Yaasin sampai 90 kali setiap kali baca. Kemudian di pihak lain ada yang mengatakan bahwa membaca Yaasin itu sedikit saja tapi berkualitas. Dikhawatirkan jika terlalu banyak yang dibaca justru penghayatan dan lafalnya kurang sempurna dan malah bacaannya tidak sampai kepada Allah.

Menyikapi hal tersebut, saya juga bingung. Akhirnya saja bertanya kepada seorang santri yang kebetulan saya ketemu dengan beliau dalam bis Nusantara Semarang-Jogja ketika sedang berangkat untuk ujian CPNS.

Santri itu pun menjawab, bahwa sebenarnya yang perlu diperhatikan itu bukanlah masalah kuantitas atau kualitas. Yang perlu untuk digarisbawahi adalah masalah keyakinan. Keyakinan, dan keyakinan. Yakin adalah sebuah kondisi dimana ketika dirimu sudah merasa tenang dan nyaman, karena kamu optimis bahwa doamu sudah delivered kepada Sang Pencipta untuk diproses. Sehingga berapapun jumlah doa yang dipanjatkan, atau sebagus apapun Anda melafalkan doa itu, sepertinya sia-sia saja ketika Anda sendiri tidak yakin dengan doa Anda.

Misalnya nih, mau ujian nasional baca yaasin 1001 kali tiap malam. Ternyata besoknya pas baru masuk ke ruang ujian saja Anda udah minder, “duh bisa ngerjain gak ya bisa gak ya bisa gak bisa gak”, lantas apa gunanya membaca 1001 yaasin semalam kalau Anda masih ragu. Di sisi lain, ada orang yang hanya membaca “Robbi zidni ilma warzukni fahma, ya Allah berilah saya ilmu pengetahuan serta karunia untuk memahaminya” setiap sebelum belajar, kemudian orang itu pun masuk ke ruang ujian dengan optimis dan yakin bahwa Allah akan membantu mengerjakan ujian tersebut. Kira-kira mana yang lebih berpotensi juara?

Semua itu tergantung kepada diri masing-masing. Selalu ingat, bahwa Allah itu sesuai prasangka hambaNya. Ketika seseorang meragukan kebesaran Allah, maka Allah akan bener-bener mengabulkannya dengan tidak diberikannya keajaiban-keajaiban dalam hidupnya. Sementara ketika seseorang begitu yakin akan kebesaran Allah, maka insya Allah segala sesuatu akan menjadi mungkin untuk dicapai.

Jika dikaitkan dengan masalah berdoa, jadi percuma saja Anda berdoa namun Anda tidak yakin dengan doa Anda sendiri. Malahan, bisa saya sebut orang yang tidak yakin adalah orang yang merendahkan Allah yang Maha Agung. Mengapa bisa demikian? Sebab orang itu menganggap Allah tidak bisa mengabulkan doanya. Dia meragukan kekuasaan Allah, tidak yakin. Semula berawal dari berdoa yang merupakan intrepetasi dari ibadah, tapi justru malah menimbulkan potensi dosa hanya karena tidak yakin.

Maka berdoalah yang tinggi dan sungguh-sungguh. Berdoalah yang tinggi, maksudnya bahwa mintalah kepada Allah sesuatu yang tinggi sekalian, jangan minta yang remeh-remeh, karena bagi Allah segala sesuatu itu mudah. Kun Fayakun. Jika Allah berkehendak maka terjadilah segalanya. Allah saja merekomendasikan kita meminta sesuatu yang besar, mengapa kita hanya meminta yang remeh-remeh atau pesimis. Kemudian berdoalah yang sungguh-sungguh, maksudnya bahwa Allah cuma kepingin melihat kesungguhan kamu dalam menginginkan hal tersebut. Jangan cuma nangis-nangis di atas sajadah meminta sesuatu kemudian setelah itu kembali tidur dan malas-malasan. Allah hanya ingin meminta bukti kepada kita bahwa kita pantas untuk mendapatkan yang kita minta. Buktikan dengan perilaku dan kerja keras dalam hidup.

Jujur saya, Anda yang membaca postingan ini, apakah Anda ingin bertanya begini: “Saya males berdoa terlalu tinggi, karena saya kuatir jatuhnya terlalu sakit ketika doa itu tidak terkabulkan. Apa saya salah ketika saya hanya meminta sesuatu yang sederhana tapi pasti terkabul, sehingga saya pun puas?”

Saya jawab ya, sekali lagi tidak ada yang tinggi atau besar di hadapan Allah. Bersama Allah, semuanya serba mungkin. Ada satu poin yang harus Anda masukan dalam pikiran Anda: perbedaan orang beriman yang memiliki Tuhan dengan orang tidak beriman.

Orang yang tidak beriman, selalu mempunyai pikiran bahwa ada akibat yang terjadi karena sebuah sebab. Antara sebab dan akibat selalu berbanding lurus. Ada usaha maka ada hasil. Ketika usaha maksimal maka hasilnya pun maksimal. Ketika usaha pas-pasan maka hasilnya pun pas-pasan. Maka ketika orang yang tidak beriman sedang mengikuti tes seleksi perguruan tinggi, dia pun belajar habis-habisan. Usahanya dibikin maksimal, supaya hasilnya dapat diterima di salah satu perguruan tinggi terbaik. Pokoknya belajar terus sampai tidak tidur. Akibatnya, ketika mengerjakan soal ujian, semua poin demi poin soal dia kerjakan tanpa mengalami kesulitan sama sekali. Pulang ujian pun dengan hati berbunga-bunga. Tapi ketika pengumuman dibuka, ternyata tidak diterima. Akibatnya dia stress berat dan menyalah-nyalahkan Allah. Merasa usahanya sudah sangat maksimal, kok bisa-bisanya tidak diterima.

Orang yang beriman, pun juga selalu mempunyai pikiran bahwa ada akibat yang terjadi karena sebuah sebab. Antara sebab dan akibat selalu berbanding lurus. Ada usaha maka ada hasil. Ketika usaha maksimal maka hasilnya pun maksimal. Ketika usaha pas-pasan maka hasilnya pun pas-pasan. Tapi perbedaannya adalah, di antara sebab dan akibat ini, ada sebuah kata : Insya Allah.

Sebab – INSYA ALLAH – Akibat

Apa sih insya Allah. Jika diartikan secara kasar, artinya jika Allah mengizinkan. Jika didalami maknanya, ya memang begitulah artinya. Jika Allah mengizinkan. Dengan kasus seperti ilustrasi tadi, jika orang yang tidak keterima perguruan tinggi tadi adalah orang beriman maka dia tidak akan menyalahkan Allah. Dia yakin bahwa justru Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik. Allah tau segalanya mana yang baik atau buruk untuk kita, sedangkan manusia tidak tau apa-apa.

Jadi santai saja teman-teman, sebenarnya Allah itu tidak pernah tidak mengabulkan doa kita. Mungkin saja diganti dengan yang lebih baik, atau diundur jadwal terkabulnya doa sampai kita pantas menerimanya. Makanya, supaya jadwal terkabulnya doa itu dipercepat, cepet-cepet juga kita kudu pantaskan diri. Ingin cepet dapet jodoh yang cantik/ganteng luar dan dalam, maka cepet-cepet juga kita harus cantikkan/gantengkan diri kita luar dan dalam. Contoh aja sih..

Satu poin lagi deh...

Saya kebetulan mendapatkan instansi kerja yang lokasinya ada dimana-mana di seluruh Indonesia. Ketika ada sebuah pengarahan, ada seorang pembicara yang menyarankan saya dan teman-teman yang sedang menunggu penempatan ini untuk membayangkan saja lokasi-lokasi yang jauh. Maksudnya supaya nanti kalau memang ditempatkan disitu kami tidak kaget, dan kalaupun ditempatkan di tempat yang lebih dekat maka beruntunglah kami.

Jujur saja, saya sangat tidak setuju. Yang harus diubah bukan lirik doanya, tapi mindsetnya. Berdoanya kudu tetep optimis dengan segala kebesaran Allah. Buat apa kalau berdoa yang rendah-rendah kemudian dampaknya sehari-harinya hanya diliputi dengan kemalasan dan tidak ada gairah karena yang ada dalam pikiran hanya penempatan di tempat yang jauh. Bandingkan dengan orang yang di dalam pikirannya adalah ke-optimis-an bahwa dia akan penempatan di kota besar dengan sarana dan prasarana lengkap, maka orang itu dijamin akan lebih bergairah dalam hidupnya. Tapi ingat, selalu ada kata “insya Allah”, itu mindset yang kudu diubah, sebab kita bukan orang kafir kan?

Satu tips dari saya, cobalah ketika Anda berdoa, di akhir doa Anda tersebut masukkan kata-kata “Saya YAKIN Allah mengerti dan mengizinkan.” Ulangi terus kata tersebut, jangan berhenti mengatakan kalimat itu sampai dalam hati Anda merasakan sesuatu yang membuat Anda nyaman, melegakan dan tenang.

Orang yang pesimis adalah orang yang miskin, baik itu miskin harta maupun jiwa.

PESIMIS = Penyakit Si Miskin

OPTIMIS = Otomatis Pasti Tidak Miskin

Sip, sekian sharing kali ini, semoga dapat bermanfaat untuk Anda semua. Semoga kita menjadi orang yang optimis dan sukses. =)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
back to top